Saturday, December 25, 2010

Banyak Jalan Untuk Dapat Modal

Step by step jalan mendapatkan modal usaha

Mau tak mau, saat merintis usaha, sebagai langkah pertama, calon entrepreneur harus merogoh dana pribadi. Sekecil apa pun itu. Bisa membobol tabungan, mencairkan deposito, menjual simpanan dalam bentuk mata uang asing seperti ringgit, dirham, dolar atau euro, dan bisa juga menjual barang-barang berharga.

Lihat saja ketika Christovita Wiloto, CEO & managing partners Wiloto Corps, harus rela menjual emas seserahan saat menikahi istrinya. Alhasil, pada tahun 2000, ia mendapatkan dana tunai Rp 30 juta secara tepat. Cristov mengakui bahwa saat itu istrinya menangis ketika mengangsurkan emas seserahan ke toko emas.

Namun, perusahaan yang cikal bakalnya bernama PowerPR ini, kini sudah menangani lebih dari 70 klien dari Indonesia maupun negara lain. Setidaknya, perusahaan yang bergerak di bidang strategic public relation ini pernah menangani klien raksasa, seperti Temasek.

 Berbisnis dengan menggunakan modal sendiri berarti Anda lebih bebas dalam mengelolanya. Ini berarti Anda tidak tergantung pihak lain dan terkena beban bunga. Selain itu, Anda pun bebas menentukan setiap detail bisnis Anda tanpa harus menyesuaikannya dengan permintaan atau visi pemilik modal.

Sayangnya, karena kebebasan itu, kebanyakan orang menjadi kurang berdisiplin saat mengelola keuangan. Akhirnya, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai break event point (BEP) menjadi lebih panjang.

Bila dana dari kocek sendiri tak mencukupi, Anda bisa meminjam dana ke orang terdekat, seperti orang tua, saudara, teman atau tetangga. Oleh karena meminjam ke orang terdekat, maka umumnya prosedur peminjaman pun sederhana, tidak ada bunga, jangka waktu peminjaman yang fleksibel dan kemungkinan gagal kecil (kecuali orang terdekat Anda juga sama-sama mengalami keterbatasan dana).

Namun, jika orang terdekat Anda memiliki batas kemampuan finansial yang terbatas, maka jumlah nominal yang bisa Anda pinjam pun terbatas. Selain itu, adanya ikatan moral membuat Anda sulit menggunakan modal pinjaman untuk menanggung risiko yang lebih besar, karena cenderung "bermain aman".

Bila enggan meminjam dana ke orang terdekat, Anda dapat juga mendapatkan pinjaman dana dari lembaga non formal, seperti dari arisan, kelompok-kelompok pertemanan/tetangga (misalnya kelompok ibu-ibu PKK atau pengajian), atau meski tidak disarankan, meminjam lewat rentenir. Peminjaman dana ke kelompok ini risikonya jampir mirip dengan meminjam ke orang terdekat, yakni belum tentu mendapatkan dana, waktu pinjaman relatif pendek dan mulai dikenai bunga pinjaman.

Kalau ingin aman dan nyaman dalam memulai usaha, ada baiknya anda melakukan konsep kemitraan. Anda bisa mengundang investor untuk memodali usaha Anda, misalnya dari kolega yang memiliki kelebihan dana, usaha modal ventura, atau lembaga pengembangan kemitraan. Atau Anda bisa juga bekerjasama dengan pemasok, dengan bernegosiasi untuk membeli barang dari pemasok dan membayarnya di kemudian hari.

Dana semacam ini tergolong murah karena tidak terkena beban bunga. Dengan mitra, Anda bisa membagi laba usaha dengan sistem bagi hasil. Sayangnya, untuk mendapatkan kerjasama semacam ini Anda harus memiliki kemampuan negosiasi. Sistem ini juga tidak bisa diandalkan untuk mendapatkan dana dalam kondisi mendesak.

Pembayaran Usaha Anda

Tentu saja, tiap bulan Anda harus membayar cicilan kredit. Usahakan selalu membayar cicilan tepat waktu. Hal ini penting, bukan hanya untuk pihak bank, tapi untuk diri Anda sendiri (ingat tentang data historis bank).

Agar tak kesulitan, buat anggaran tiap bulan yang diambil dari omzet usaha. Tapi, yang paling penting adalah soal kedisiplinan.

Bank Memonitor Usaha Anda

Setelah dana Anda cair, pihak bank akan terus memonitor usaha Anda. Kebijakan ini tergantung masing-masing bank. Namun, pada dasarnya, mereka ingin memastikan kesehatan usaha Anda.

Persetujuan Permohonan Kredit

Jika permohonan kredit disetujui, pihak bank akan mencairkan kredit. Besarnya pinjaman bisa sama dengan yang Anda ajukan, atau kurang dari itu. Atau tak tertutup kemungkinan, pihak bank tidak menyetujui permohonan kredit Anda. Semua tergantung dari hasil survei, nilai taksiran agunan/kredit, prospek usaha dan latar belakang historis.

Jumlah pinjaman yang Anda peroleh biasanya antara 60% hingga 80% dari nilai agunan Anda (bisa berupa tanah, rumah, kendaraan bermotor, dan sebagainya). Katakanlah jika Anda menjaminkan mobil Toyota Kijang senilai Rp 200 juta, maka jumlah pinjaman maksimal yang Anda dapatkan hanya Rp 160 juta.

Anda harus ingat, bank memiliki data historis ang baik. Meski Anda pernah meminjam dana ke bank lain (Bank X) tapi pengembalian kurang lancar, bank yang Anda tuju saat ini (Bank Y) akan memperhatikannya.

Survei Lokasi

Biasanya, beberapa hari/minggu setelah Anda mengajukan kredit, pihak bank akan melakukan survei ke rumah dan lokasi usaha. Jangan takut. Terima petugas bank dengan baik. Mereka akan melihat kondisi rumah, tempat usaha, dan jaminan/agunan yang Anda ajukan.

Mencermati Perjanjian Kredit

Sebelum menandatangi akad kredit, Anda harus mencermati perjanjian kredit yang Anda pilih. Jangan malu atau takut bertanya bila ada hal-hal yang tidak jelas, daripada Anda mengalami kesulitan di kemudian hari.

Hal-hal yang harus Anda perhatikan adalah:
  • Jangka waktu pengembalian pinjaman
  • suku bunga
  • jatuh tempo bunga atau angsuran pokok
  • plafon kredit
  • denda
  • penyerahan agunan
  • perpanjangan izin-izin usaha
  • perusahaan manajemen/pengurus
  • larangan pengalihan fungsi agunan
  • penyerahan laporan keuangan secara berkala (sejumlah bank melakukan survei secara langsung usaha Anda)
Setelah Anda melengkapi dan menandatangi formulir dan perjanjian akad kredit, pihak bank akan memproses pengajuan kredit Anda.

Mengisi Formulir Kredit

Setelah mendengarkan penjelasan Anda, pihak bank akan memberikan formulir yang harus Anda isi. Selain itu, mereka juga akan meminta Anda menyerahkan beberapa dokumen untuk diperiksa. Serahkan map berisi dokumen yang telah Anda persiapkan sebelumnya.

Di meja custumer service, Anda akan diminta melengkapi data, seperti nama, nama suami/istri, pekerjaan (jika saat ini Anda masih berstatus karyawan), nomor KTP, alamat rumah, nama usaha, alamat usaha, jenis dan lama usaha, keperluan kredit, penghasilan dan pengeluaran per bulan, dan jenis agunan / jaminan.